Demikian kata-kata Dan Brown mengawali filmnya yang berjudul "DaVinci
Code". Alur ceritanya merupakan perpaduan antara fakta dan kebohongan
yang diramu dengan sangat trampil. Penonton dibuat menjadi ragu akan
kebenaran ALkitab dan curiga terhadap gereja.
Yang seperti ini bukan pertama kali terjadi dalam sejarah. Bahkan dalam penciptaan dunia, dikisahkan adanya 'lawan' yang berusaha menggiring seseorang menjadi ragu-ragu terhadap kata-kata Tuhan, seperti yang terjadi pada Hawa, perempuan pertama yang diciptakan Tuhan.
Ular ini mempunyai nama lain : iblis, naga dan setan
Kebohongan 1 : Dikatakan dalam DaVinci Code bahwa Alkitab ditulis ulang oleh Kaisar Konstantinus Agung pada abad ke-4 M.
Penulisan ke 66 kitab dalam Alkitab memakan waktu sekitar 1500 tahun. Meskipun begitu, semuanya bercerita tentang satu cerita. Cerita-cerita terdiri atas dua bagian: Perjanjian Lama (dari penciptaan sampai menjelang kehidupan Yesus) dan Perjanjian Baru (kehidupan Yesus dan Gereja mula-mula). Daftar buku-buku yang masuk dalam Perjanjian Lama sudah ditetapkan sebelum kelahiran Yesus. Yesus sendiri mengutip dari kitab-kitab tersebut, beberapa ayat untuk menunjuk kepada diri-Nya sendiri. Kepada orang-orang yang menentang Dia, Ia berkata,
Perhatikan apa yang dikatakan mengenai Yesus dalam Perjanjian Baru,
Lalu datanglah seorang guru agama mendengarkan percakapan antara Yesus dengan orang-orang dari golongan Saduki itu. Guru agama itu melihat bahwa Yesus sudah menjawab orang-orang itu denan baik. Maka ia bertanya kepada Yesus, "Perintah manakah yang paling penting dari semua perintah?"
Yesus menjawab, "Perintah yang pertama, ialah: `Dengarlah, hai bangsa Israel! Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Cintailah Tuhan Allahmu dengan sepenuh hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan seluruh akalmu dan dengan segala kekuatanmu.` Perintah kedua ialah: `Cintailah sesamamu, seperti engkau mencintai dirimu sendiri.` Tidak ada lagi perintah lain yang lebih penting dari kedua perintah itu."
Kemudian Iblis yang menipu mereka itu, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang. Di situlah tempatnya binatang dan nabi palsu itu dibuang terlebih dahulu. Mereka akan disiksa siang malam untuk selama-lamanya.(Why. 20:10)
DaVinci mengklem bahwa apa yang dipaparkannya semua benar, padahal yang sesungguhnya tidaklah demikian. Mengapa hati harus bergetar karena ada temuan murahan, padahal kebenaran yang sesungguhnya ternyata bisa diketahui? Bacalah Alkitab, maka anda bisa mengarungi perjalanan hidup kini dan seterusnya!
Apakah The Da Vinci Code “adalah penyerangan yang paling serius terhadap Kekristenan”?
Sudah menjadi rahasia umum apabila saat ini penyerangan terhadap Kekristenan baik di Amerika, Inggris dan di belahan bumi lainnya mengalami peningkatan yang luar biasa baik di media-media, sekolah, pengadilan dan yang paling sering adalah gereja. Dalam budaya yang secara sistematis berusaha untuk terus mendiskreditkan atau menjelekkan Kristus dan FirmanNya, Dr. Erwin Lutzer seorang pakar teologia yang juga adalah seorang pendeta untuk wilayah Chicago telah melakukan suatu penelitian dan berkesimpulan bahwa: “The Da Vinci Code merupakan penyerangan paling serius terhadap Kekristenan yang pernah saya saksikan."
Terlepas dari pernyataan yang begitu berani, mari kita lihat lebih jauh tentang novel karya Dan Brown yang begitu terkenal ini, dimana segera filmnya dengan judul yang sama akan segera beredar dan akibat yang mungkin terjadi terhadap gereja dan kebudayaan.
Kejadian utama dalam novel ini yang begitu mampu menarik perhatian adalah tentang suatu teori konspirasi yang mengisahkan bahwa Yesus menikah dengan Maria Magdalena. Setelah kematian Yesus, Maria kabur dengan anak mereka dan menjadi symbol “wanita suci” dari suatu agama pagan kuno.
Teori ini bukan merupakan hal baru bagi Dan Brown; siapapun pelajar yang begitu serius mempelajari tentang sejarah eklesiastikal atau pelajaran tentang gereja pastilah sangat terbiasa dengan tradisi kuno ini (albeit aberrant), yang mana sejak lama telah dinyatakan baik oleh Katolik maupun Protestan adalah merupakan suatu bidah atau pelecehan. Bagaimanapun, seseorang harus melakukan penggalian (bahkan tidak perlu terlalu dalam) terhadap dasar “sejarah” tentang tradisi ini untuk lebih yakin lagi, bahwa semua ini, hanyalah kisah fiksi belaka.
Michael Baigent, Richard Leigh dan Henry Lincoln membuat pernyataan yang mengagetkan sehubungan dengan penelitian yang mereka lakukan:
Kita hanya bisa menelusuri dengan melakukan penyaringan menyeluruh terhadap Injil— agar bisa menentukan paragraph mana yang mungkin atau kemungkinan benar … penggalan paragraf yang mungkin dapat membuktikan tentang perkawinan antara Yesus dengan seorang wanita yang disebut sebagai Magdalena …Dalam rangka mencari hal itu, kami menyadari, bahwa kami harus membaca kata perkata, menjembatani setiap jurang pemisah yang sudah pasti, menilai setiap jeda pada bait-bait syair yang benar. Kami pasti harus berhadapan dengan ketidak telitian, dengan petunjuk-petunjuk, dengan referensi-referensi dan yang terbaik dari semuanya adalah kesalahan semata.
Namun penyerangan yang dilakukan oleh The Da Vinci Code terhadap Kristus dan Firman_Nya, Alkitab, meluncur lebih dalam dari hanya sekedar sebuah penyerangan teori konspirasi kuno belaka. Dengan menanamkan benih keraguan dalam pikiran pembaca tentang keberadaan Alkitab, baik novel maupun film-nya telah melakukan suatu penyerangan langsung terhadap otoritas Kitab Suci. Menurut sejarawan fiksi Leigh Teabing, salah satu tokoh rekaan Tuan Brown,bahwa Kaisar Romawi Constantine telah memilih diantara injil-injil kuno dan memilih yang paling pas dengan agenda politik yang dijalankannya, termasuk juga menciptakan satu buku yang sekarang ini kita kenal sebagai Alkitab.(Dalam kenyataannya, Kitab Suci Kanontik belum diajukan pada konsili gereja sampai dengan kematian Constantine—Dewan Nicene Constantine lebih memperhatikan masalah ketuhanan dan kealamian Kristus.) Pelajaran sejarah Tuan Brown yang “fiksional” merupakan kecerdikan pseudo-academic dimana sejarah itu telah berulangkali ditolak oleh para cendikiawan sejarah dan ahli Alkitab.
Idealnya, hanya mereka yang begitu naif yang mau mengambil hal tersebut untuk ditonjolkan sebagai karya fiksi; namun, kebenaran yang menyedihkan adalah banyak orang tidak terlalu mengangap penting Firman Tuhan, dan yang lebih buruk lagi mereka lebih memilih untuk tidak percaya kepada Firman itu.Bagi mereka, kesalahan-kesalahan yang disajikan dengan pintar dalam Novel The Da Vinci Code adalah kebenaran yang mereka butuhkan agar supaya mereka dapat terus menolak otoritas Alkitab.
Ironisnya, hal ini terdapat dalam konteks yang mana pembaca akan diperkenalkan pertama kali kepada hal yang sangat menarik yaitu tentang “Rangkaian Perhitungan Fibonacci dan Proporsi Ilahi.” Perhatikan sidebar untuk bukti yang mengagumkan yang mendukung terjadinya penciptaan, penciptaan.
PENYERANGAN
Apakah pernyataan Pendeta Lutzer bahwa The Da Vinci Code adalah “penyerangan yang paling serius terhadap Kekristenan abad ini” adalah benar? Dalam suatu pengertian dia telah mendekati kebenaran, dalam hal tentang penyerangan terbesar terhadap Kekristenan dan Yesus Kristus, dan dalam maksud tertentu termasuk didalamnya menyerang Firman-firman yang diucapkan Kristus. Bagaimanapun, dalam peperangan ini, The Da Vinci Code hanyalah sebuah roda gigi kecil yang terdapat dalam sebuah roda raksasa. Berapa banyak para ahli teologia dan pemimpin Kristen menyadari bahwa mereka angkat tangan dalam menghadapi karya fiksi yang terus menerus mencoba untuk menyatakan bahwa ke-66 kitab yang terdapat dalam Alkitab tidak dapat dipercaya khususnya pada kitab Kejadian? Suatu hari The Da Vinci Code akan berangsur-angsur menghilang pesonanya, sementara generasi Kristen semakin dalam tenggelam dalam ketidakpercayaan. Disinilah perang sesungguhnya telah menerima hasilnya.
Apakah saudara orang percaya atau bukan dan memilih (dengan keleluasaan) untuk membaca The Da Vinci Code atau menonton filmnya, tetap merupakan hal yang penting untuk mengiinformasikan ke seluruh aspek mengenai penyerangan terhadap Firman Allah ini – apapun bentuknya—dan “siap sedia untuk memberikan jawaban” (1 petrus 3:15 dengan lemah lembut dan hormat dalam mengatasi berbagai tentangan terhadap Injil Yesus Kristus.
Sumber: http://www.alkitab.or.id/biblika/faktaDC.htm
http://www.christiananswers.net/indonesian/q-aig/aig-davinci-ind.html
Yang seperti ini bukan pertama kali terjadi dalam sejarah. Bahkan dalam penciptaan dunia, dikisahkan adanya 'lawan' yang berusaha menggiring seseorang menjadi ragu-ragu terhadap kata-kata Tuhan, seperti yang terjadi pada Hawa, perempuan pertama yang diciptakan Tuhan.
Ular adalah binatang yang paling licik dari segala
binatang yang dibuat oleh Tuhan Allah. Ular itu bertanya kepada
perempuan itu, "Apakah Allah benar-benar melarang kalian makan
buah-buahan dari segala pohon di taman ini ? " "Kami boleh makan
buah-buahan dari setiap pohon didalam taman ini, " jawab perempuan itu
"kecuali dari pohon yang ada ditengah-tengah taman. Allah melarang kami
makan buah dari pohon itu ataupun menyentuhnya; jika kami melakukannya,
kami akan mati." Ular itu menjawab, "Itu tidak benar; kalian tidak akan
mati. (Kej.3:1-4)
Lalu di surga terjadi peperangan. Mikhael bersama
malaikat-malaikatnya bertempur melawan naga itu. dan Naga itu pun, yang
dibantu oleh malaikat-malaikatnya, melawan mikhael. Tetapi naga itu
dikalahkan. Ia dan malaikat-malaikatnya tidak diizinkan lagi tinggal di
surga . Naga yang besar itu dibuang ke luar!Dialah ular tua itu yang
bernama iblis atau Roh Jahat, yang menipu seluruh dunia. Ia dibuang ke
bumi dengan segala malaikatnya. (Why. 12:7-9).
Setan adalah bapak dari semua kebohongan, termasuk kebohongan mengenai Alkitab dalam DaVinci Code, misalnya :Kebohongan 1 : Dikatakan dalam DaVinci Code bahwa Alkitab ditulis ulang oleh Kaisar Konstantinus Agung pada abad ke-4 M.
Penulisan ke 66 kitab dalam Alkitab memakan waktu sekitar 1500 tahun. Meskipun begitu, semuanya bercerita tentang satu cerita. Cerita-cerita terdiri atas dua bagian: Perjanjian Lama (dari penciptaan sampai menjelang kehidupan Yesus) dan Perjanjian Baru (kehidupan Yesus dan Gereja mula-mula). Daftar buku-buku yang masuk dalam Perjanjian Lama sudah ditetapkan sebelum kelahiran Yesus. Yesus sendiri mengutip dari kitab-kitab tersebut, beberapa ayat untuk menunjuk kepada diri-Nya sendiri. Kepada orang-orang yang menentang Dia, Ia berkata,
Kalian mempelajari Alkitab sebab menyangka bahwa
dengan cara itu kalian mempunyai hidup sejati dan kekal. Dan Alkitab
itu sendiri memberi kesaksian tentang Aku. Tetapi kalian tidak mau
datang kepada-Ku untuk mendapat hidup kekal ( Yoh. 5:39-40)
Setelah kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan diri kepada dua murid-Nya dan berkata,
"Kalian memang bodoh! Terlalu lamban kalian
untuk mempercayai semua yang sudah dikatakan para nabi! Bukankah Raja
Penyelamat harus mengalami dahulu penderitaan itu, baru mencapai
kemuliaan-Nya?" Kemudian Yesus menerangkan kepada mereka apa yang
tertulis di dalam seluruh Alkitab mengenai diri-Nya, mulai dari
buku-buku Musa dan buku para nabi. (Luk. 24:25-27)
Para murid Yesus menggunakan nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia,
Saudara-saudara keturunan Abraham, dan semua
Saudara-saudara yang lainnya di sini yang taat kepada Allah! Allah sudah
mengirim kepada kita berita keselamatan itu; sebab orang-orang yang
tinggal di Yerusalem dan pemimpin-pemimpin mereka tidak menyadari bahwa
Dialah penyelamat itu. Mereka tidak mengerti ajaran nabi-nabi yang
dibacakan setiap hari Sabat, sehingga mereka menghukum Yesus.
Tetapi justru dengan melakukan yang demikian
mereka menyebabkan bahwa apa yang dinubuatkan oleh nabi-nabi itu
terjadi. Meskipun mereka tidak bisa menemukan sesuatu pun pada-Nya yang
patut dihukum dengan hukuman mati, namun mereka minta kepada Pilatus
supaya Ia dibunuh.
Dan setelah mereka selesai melaksanakan semuanya
yang sudah tertulis dalam Alkitab tentang Dia, mereka menurunkan
jenazah-Nya dari kayu salib, lalu meletakkan-Nya di dalam kubur. Tetapi
Allah menghidupkan-Nya kembali dari kematian.
Kemudian berhari-hari lamanya Ia datang
memperlihatkan diri kepada orang-orang yang sudah datang dengan Dia dari
Galilea ke Yerusalem. Mereka itulah yang sekarang menjadi saksi-saksi
utntuk Dia kepada bangsa Israel.
Jadi, sekarang ini kami menyampaikan Kabar Baik itu kepadamu: Apa yang Allah sudah janjikan kepada nenek moyang kita... ( Kis 13:26-32)
Daftar kitab-kitab Perjanjian Baru yang pertama, dikenal dengan
nama `Kanon Muratorium`, disusun pada tahun 170 M. Itu tidak ada
hubungannya dengan Konstantinus.
Kebohongan 2: Yesus `diangkat` menjadi `Yang Ilahi` pada Sidang di Nicea tahun 325 M.
Ke-Ilahi-an Yesus diakui berulang kali di dalam Perjanjian Baru.
Orang-orang yang menentang agama Kristen pun mengakui hal ini. Jauh
sebelum Sidang Nicea, Plinius, Gubernur Romawi, menulis kepada Kaisar
Trayanus pada tahun 112 M bahwa `orang-orang Kristen mengucapkan syair
pujian kepada Kristus sebagai Allah`.Perhatikan apa yang dikatakan mengenai Yesus dalam Perjanjian Baru,
Pada dasarnya Ia sama dengan Allah, tetapi Ia
tidak merasa bahwa keadaan-Nya yang Ilahi itu harus dipertahankan-Nya.
Sebaliknya, Ia melepaskan semuanya lalu menjadi sama seperti seorang
hamba. Ia menjadi seperti manusia, dan nampak hidup seperti manusia. Ia
merendahkan diri, dan hidup dengan taat kepada Allah sampai mati - yaitu
mati disalib. Sebab itulah Allah mengangkat Dia setinggi-tingginya,
serta memberikan kepada-Nya kekuasaan yang lebih besar daripada segala
kekuasaan yang lain. Maka untuk menghormati Yesus, semua mahluk yang di
surga, dan yang di bumi, serta yang di bawah bumi, akan menyembah Dia.
Mereka semuanya akan mengaku bahwa Yesus Kristuslah Tuhan; dengan
demikian Allah Bapa dimuliakan. (Flp. 2:6-11)
Pada sisi lain, Alkitab juga menjelaskan ke-manusiawi-an Yesus.
Dari Paulus, pelayan Yesus Kristus,
saudara-saudara sekalian di Roma yang dikasihi Allah dan yang sudah
dipanggil oleh Allah untuk menjadi umat-Nya. Allah sudah memilih dan
mengangkat saya khusus untuk memberitakan Kabar Baik dari Allah. Kabar
Baik itu sudah dijanjikan oleh Allah pada zaman dahulu melalui
nabi-nabi-Nya dan sudah tertulis dalam Alkitab. Kabar Baik itu mengenai
Anak Allah, Tuhan kita Yesus Kristus. Secara manusiawi, Ia adalah
keturunan Daud, tetapi secara Ilahi Ia ternyata adalah Anak Allah. Itu
terbukti dengan kuasa yang luar biasa melalui kebangkitan-Nya dari
kematian. (Rm. 1:1-4)
Sesungguhnya, Alkitab bersikap keras terhadap orang-orang yang menyangkali ke-manusiawi-an Yesus.
Banyak penipu sudah menyebar ke seluruh
dunia. Mereka adalah orang-orang yang tidak mengakui bahwa Yesus Kristus
datang ke dunia sebagai seorang manusia. Orang semacam itu adalah
penipu, dan Musuh Kristus. Sebab tiu, jagalah jagan sampai kalian
kehilangan apa yang sudah kami usahakan untuk kalian. Berusahalah supaya
kalian memerima dari Allah upahmu seluruhnya. Orang yang tidak
berpegang pada ajaran Kristus, melainkan menyimpang dari apa yang
diajarkan oleh Kristus, orang itu tidak mempunyai Allah. Orang yang
tetap di dalam ajaran Kristus, berarti mempunyai baik Allah Bapa maupun
Anak. ( 2 Yoh.1:7-9)
Kebohongan 3: Orang-orang Yahudi mula-mula percaya
bahwa yang berdiam di Tempat Yang paling Kudus dalam Bait Suci yang
dibangun Salomo itu, bukan hanya Allah saja tetapi juga Shekinah, yang
setara dengan Allah tetapi berkelamin perempuan.
`Shekinah` adalah kata kerja dalam bahasa Ibrani yang menunjuk pada
makna keberadaan Allah yang mulia. Dengan kata lain, kata ini tidak
menunjuk pada sosok yang setara dengan Allah berkelamin perempuan. Tidak
ada yang setara dengan Allah, sebagaimana diakui dalam Alkitab.Lalu datanglah seorang guru agama mendengarkan percakapan antara Yesus dengan orang-orang dari golongan Saduki itu. Guru agama itu melihat bahwa Yesus sudah menjawab orang-orang itu denan baik. Maka ia bertanya kepada Yesus, "Perintah manakah yang paling penting dari semua perintah?"
Yesus menjawab, "Perintah yang pertama, ialah: `Dengarlah, hai bangsa Israel! Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Cintailah Tuhan Allahmu dengan sepenuh hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan seluruh akalmu dan dengan segala kekuatanmu.` Perintah kedua ialah: `Cintailah sesamamu, seperti engkau mencintai dirimu sendiri.` Tidak ada lagi perintah lain yang lebih penting dari kedua perintah itu."
Lalu guru agama itu berkata kepada Yesus, "Tepat
sekali, Bapak Guru! Memang benar apa yang Bapak katakan: Tuhanlah Allah
yang esa, dan tidak ada lagi Allah yang lain. Dan manusia harus
mencintai Allah dengan sepenuh hatinya, dan dengan seluruh akalnya serta
dengan segala kekuatannya. Dan ia juga harus mencintai sesamanya
seperti dirinya sendiri. Itu lebih baik daripada mempersembakan kurban
bakaran dan kurban-kurban lainnya kepada Allah." (Mrk. 12:28-33)
Kebohongan 4: Beberapa kitab Injil yang coba dihancurkan oleh Konstantinus, ditemukan dalam Gulungan-gulungan Laut Mati.
Gulungan Laut Mati berasal dari komunitas biara yang hidup pada 150
sM - 70 M. Tidak ada kitab Injil yang ditemukan dalam gulungan-gulungan
ini dan tidak ada sesuatu yang disebut mengenai Yesus di sana.
Sebaliknya, yang ada di dalamnya adalah sejumlah salinan atau fragmen
dari seluruh kitab dalam Perjanjian Lama kecuali Ester, termasuk nubuat
berikut dari kitab Nabi Yesaya:
TUHAN menghendaki hamba-Nya itu seperti
tunas yang tumbuh di tanah yang gersang. Tak ada yang indah padanya
untuk kita pandang; tak ada yang menarik untuk kita inginkan.Kita
menghina dan menjauhi dia, orang yang penuh sengsara dan biasa
menanggung kesakitan. Tak seorang pun mau memandang dia, dan kita pun
tidak mengindahkan dia.Sebenarnya penyakit kitalah yang ditanggungnya,
sengsara kitalah yang dideritanya, padahal kita menyangka penderitaannya
itu hukuman Allah baginya.Tetapi ia dilukai karena dosa-dosa kita, dan
didera karena kejahatan kita. Ia dihukum supaya kita diselamatkan,
karena bilur-bilurnya kita disembuhkan.Kita semua tersesat seperti
domba, masing-masing mencari jalannya sendiri. TUHAN telah menimpakan
kepadanya kejahatan kita semua.(Yes.53:2-6)
Peringatan Keras
Yesus pernah memberikan peringatan keras kepada orang yang menyebabkan orang lain berdosa.Kepada para muridNya, Yesus berkata:
"Hal-hal yang menyebabkan orang berbuat dosa pasti akan ada. Tetapi celakalah orang yang menyebabkannya!
Lebih baik kalau batu penggilingan diikatkan pada lehernya, lalu ia dibuang ke dalam laut daripada ia menyebabkan salah seorang dari orang-orang kecil ini berbuat dosa.Sebab itu, waspadalah! Kalau saudaramu berdosa, tegurlah dia. Kalau ia menyesal, ampunilah dia."(Luk. 17:1-3)
Alkitab juga menubuatkan tentang hari di mana "bapak dari semua kebohongan" akan dimusnahkan selamanya :Lebih baik kalau batu penggilingan diikatkan pada lehernya, lalu ia dibuang ke dalam laut daripada ia menyebabkan salah seorang dari orang-orang kecil ini berbuat dosa.Sebab itu, waspadalah! Kalau saudaramu berdosa, tegurlah dia. Kalau ia menyesal, ampunilah dia."(Luk. 17:1-3)
Kemudian Iblis yang menipu mereka itu, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang. Di situlah tempatnya binatang dan nabi palsu itu dibuang terlebih dahulu. Mereka akan disiksa siang malam untuk selama-lamanya.(Why. 20:10)
DaVinci mengklem bahwa apa yang dipaparkannya semua benar, padahal yang sesungguhnya tidaklah demikian. Mengapa hati harus bergetar karena ada temuan murahan, padahal kebenaran yang sesungguhnya ternyata bisa diketahui? Bacalah Alkitab, maka anda bisa mengarungi perjalanan hidup kini dan seterusnya!
Pada waktu kami memberitahukan kepadamu
betapa agungnya kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus, kami tidak
bergantung pada dongeng-dongeng isapan jempol manusia. Keagungan Kristus
itu sudah kami lihat dengan mata kepala sendiri.Kami berada di sana
ketika Ia dihormati dan diagungkan oleh Allah Bapa. Pada waktu itu
terdengar suara dari Yang Mahamulia, yang berkata kepada-Nya, "Inilah
Anak-Ku yang Kukasihi. Ia menyenangkan hati-Ku!" Kami sendiri mendengar
suara itu datang dari surga ketika kami berada bersama Dia di atas
gunung yang suci itu.Itu sebabnya kami lebih yakin lagi akan pesan Allah
yang dikabarkan oleh para nabi. Sebaiknya kalian memperhatikan pesan
itu, sebab pesan itu seperti lampu yang bersinar di tempat gelap sampai
fajar menyingsing, dan cahaya bintang timur bersinar di dalam hatimu.(2
Ptr 1:16-19)
Apakah The Da Vinci Code “adalah penyerangan yang paling serius terhadap Kekristenan”?
Sudah menjadi rahasia umum apabila saat ini penyerangan terhadap Kekristenan baik di Amerika, Inggris dan di belahan bumi lainnya mengalami peningkatan yang luar biasa baik di media-media, sekolah, pengadilan dan yang paling sering adalah gereja. Dalam budaya yang secara sistematis berusaha untuk terus mendiskreditkan atau menjelekkan Kristus dan FirmanNya, Dr. Erwin Lutzer seorang pakar teologia yang juga adalah seorang pendeta untuk wilayah Chicago telah melakukan suatu penelitian dan berkesimpulan bahwa: “The Da Vinci Code merupakan penyerangan paling serius terhadap Kekristenan yang pernah saya saksikan."
Terlepas dari pernyataan yang begitu berani, mari kita lihat lebih jauh tentang novel karya Dan Brown yang begitu terkenal ini, dimana segera filmnya dengan judul yang sama akan segera beredar dan akibat yang mungkin terjadi terhadap gereja dan kebudayaan.
NOVEL
Bagaimanapun Dan Brown telah mampu membuat kita percaya bahwa
“seluruh penjelasan tentang karya seni, arsitektur, dokumen-dokumen dan
ritual-ritual rahasia dalam novel ini adalah benar-benar akurat,” The Da Vinci Code
merupakan karya fiksi, lengkap dengan orang baik, penjahat dan
peristiwa-peristiwa berbahayanya. Sang tokoh protaganis, Robert Langdon,
pakar pemecah kode dari Harvard, seorang yang memiliki karakter yang
tulus tapi pasif dengan sedikit keruwetan. Novel ini menyajikan
plot-plot yang bisa disebut luar biasa, dengan kalimat-kalimat yang
cukup baik, sehingga tidak mudah terlupakan. Sebagai novel fiksi yang
“popular” bisa dikatakan sangat menghibur,namun sesuai dengan jenis novelnya belum tentu mampu menjadi novel klasik. Namun The Da Vinci Code telah menjadi sensasi dunia.Kejadian utama dalam novel ini yang begitu mampu menarik perhatian adalah tentang suatu teori konspirasi yang mengisahkan bahwa Yesus menikah dengan Maria Magdalena. Setelah kematian Yesus, Maria kabur dengan anak mereka dan menjadi symbol “wanita suci” dari suatu agama pagan kuno.
Teori ini bukan merupakan hal baru bagi Dan Brown; siapapun pelajar yang begitu serius mempelajari tentang sejarah eklesiastikal atau pelajaran tentang gereja pastilah sangat terbiasa dengan tradisi kuno ini (albeit aberrant), yang mana sejak lama telah dinyatakan baik oleh Katolik maupun Protestan adalah merupakan suatu bidah atau pelecehan. Bagaimanapun, seseorang harus melakukan penggalian (bahkan tidak perlu terlalu dalam) terhadap dasar “sejarah” tentang tradisi ini untuk lebih yakin lagi, bahwa semua ini, hanyalah kisah fiksi belaka.
Michael Baigent, Richard Leigh dan Henry Lincoln membuat pernyataan yang mengagetkan sehubungan dengan penelitian yang mereka lakukan:
Kita hanya bisa menelusuri dengan melakukan penyaringan menyeluruh terhadap Injil— agar bisa menentukan paragraph mana yang mungkin atau kemungkinan benar … penggalan paragraf yang mungkin dapat membuktikan tentang perkawinan antara Yesus dengan seorang wanita yang disebut sebagai Magdalena …Dalam rangka mencari hal itu, kami menyadari, bahwa kami harus membaca kata perkata, menjembatani setiap jurang pemisah yang sudah pasti, menilai setiap jeda pada bait-bait syair yang benar. Kami pasti harus berhadapan dengan ketidak telitian, dengan petunjuk-petunjuk, dengan referensi-referensi dan yang terbaik dari semuanya adalah kesalahan semata.
Namun penyerangan yang dilakukan oleh The Da Vinci Code terhadap Kristus dan Firman_Nya, Alkitab, meluncur lebih dalam dari hanya sekedar sebuah penyerangan teori konspirasi kuno belaka. Dengan menanamkan benih keraguan dalam pikiran pembaca tentang keberadaan Alkitab, baik novel maupun film-nya telah melakukan suatu penyerangan langsung terhadap otoritas Kitab Suci. Menurut sejarawan fiksi Leigh Teabing, salah satu tokoh rekaan Tuan Brown,bahwa Kaisar Romawi Constantine telah memilih diantara injil-injil kuno dan memilih yang paling pas dengan agenda politik yang dijalankannya, termasuk juga menciptakan satu buku yang sekarang ini kita kenal sebagai Alkitab.(Dalam kenyataannya, Kitab Suci Kanontik belum diajukan pada konsili gereja sampai dengan kematian Constantine—Dewan Nicene Constantine lebih memperhatikan masalah ketuhanan dan kealamian Kristus.) Pelajaran sejarah Tuan Brown yang “fiksional” merupakan kecerdikan pseudo-academic dimana sejarah itu telah berulangkali ditolak oleh para cendikiawan sejarah dan ahli Alkitab.
Idealnya, hanya mereka yang begitu naif yang mau mengambil hal tersebut untuk ditonjolkan sebagai karya fiksi; namun, kebenaran yang menyedihkan adalah banyak orang tidak terlalu mengangap penting Firman Tuhan, dan yang lebih buruk lagi mereka lebih memilih untuk tidak percaya kepada Firman itu.Bagi mereka, kesalahan-kesalahan yang disajikan dengan pintar dalam Novel The Da Vinci Code adalah kebenaran yang mereka butuhkan agar supaya mereka dapat terus menolak otoritas Alkitab.
Ironisnya, hal ini terdapat dalam konteks yang mana pembaca akan diperkenalkan pertama kali kepada hal yang sangat menarik yaitu tentang “Rangkaian Perhitungan Fibonacci dan Proporsi Ilahi.” Perhatikan sidebar untuk bukti yang mengagumkan yang mendukung terjadinya penciptaan, penciptaan.
PENYERANGAN
Apakah pernyataan Pendeta Lutzer bahwa The Da Vinci Code adalah “penyerangan yang paling serius terhadap Kekristenan abad ini” adalah benar? Dalam suatu pengertian dia telah mendekati kebenaran, dalam hal tentang penyerangan terbesar terhadap Kekristenan dan Yesus Kristus, dan dalam maksud tertentu termasuk didalamnya menyerang Firman-firman yang diucapkan Kristus. Bagaimanapun, dalam peperangan ini, The Da Vinci Code hanyalah sebuah roda gigi kecil yang terdapat dalam sebuah roda raksasa. Berapa banyak para ahli teologia dan pemimpin Kristen menyadari bahwa mereka angkat tangan dalam menghadapi karya fiksi yang terus menerus mencoba untuk menyatakan bahwa ke-66 kitab yang terdapat dalam Alkitab tidak dapat dipercaya khususnya pada kitab Kejadian? Suatu hari The Da Vinci Code akan berangsur-angsur menghilang pesonanya, sementara generasi Kristen semakin dalam tenggelam dalam ketidakpercayaan. Disinilah perang sesungguhnya telah menerima hasilnya.
Apakah saudara orang percaya atau bukan dan memilih (dengan keleluasaan) untuk membaca The Da Vinci Code atau menonton filmnya, tetap merupakan hal yang penting untuk mengiinformasikan ke seluruh aspek mengenai penyerangan terhadap Firman Allah ini – apapun bentuknya—dan “siap sedia untuk memberikan jawaban” (1 petrus 3:15 dengan lemah lembut dan hormat dalam mengatasi berbagai tentangan terhadap Injil Yesus Kristus.
Sumber: http://www.alkitab.or.id/biblika/faktaDC.htm
http://www.christiananswers.net/indonesian/q-aig/aig-davinci-ind.html