Di hari terakhir sebelum hari lebaran, aku bergegas pergi ke
Supermarket untuk membeli beberapa hadiah lagi yang belum sempat terbeli
pada waktu sebelumnya.
Ketika saya melihat kekerumunan orang disana, saya mulai mengeluh pada diri sendiri.
“Kayaknya saya akan selamanya berada disini nih dan padahal saya masih harus pergi kebeberapa tempat lagi…”
Lebaran, benar-benar makin tahun makin menyebalkan. Padahal aku berharap bisa santai-santai, lalu tidur dan bangun sesudahnya…
Namun demikian, aku langkahkan juga kakiku menuju ke bagian mainan
anak, dan disana aku mulai melihat-lihat harga, dan bertanya-tanya betul
nggak sih anak-anak bermain dengan mainan-mainan semahal ini.
Sembari memcari-cari mainan dibagian itu, aku melihat seorang anak laki
kecil sekitar 5 tahunan, merapatkan sebuah boneka kedadanya sendiri.
Dia terus menyentuh rambut boneka itu dengan.. tatapan yang sedih.
Aku jadi bertanya-tanya untuk siapakah boneka itu.
Kemudian si anak lelaki kecil itu memandang kepada seorang wanita tua
yang berdiri disebelahnya: “Nek, nenek yakin kalau aku nggak punya cukup
uang?”
Wanita tua itu menjawab: “Kamu kan sudah tahu bahwa kamu nggak punya cukup uang untuk membeli boneka ini, sayang.”
Kemudian si nenek memintanya untuk diam disitu selama 5 menit sementara
dia pergi berkeliling. Si nenek meninggalkannya dengan bergegas.
Si anak lelaki kecil tetap memegang boneka itu dalam tangannya.
Akhirnya, aku mulai berjalan menuju kearahnya dan aku menanyakannya kepada siapa boneka itu akan diberikan?
“Boneka inilah yang sangat diidamkan oleh adik perempuan saya dan dia
sangat menginginkannya pada lebaran sekarang ini. Dia sangat yakin bahwa
saya akan membawakan boneka ini untuknya.”
Aku mencoba meyakinkan bahwa kamu akan membawakan boneka itu untuk adiknya, dan kamu jangan mengkawatirkannya.
Tapi kemudian dia menjawabku dengan sangat sedih.
“Tidak.. Aku tidak mungkin membawakan boneka ini ketempat dia berada
sekarang. Saya harus memberikannya kepada Ibu saya sehingga ibu dapat
memberikannya ketika Ibu pergi ketempatnya.”
Matanya terlihat
sangat sedih.. ketika dia mengatakan kalimat itu. “Adik saya telah pergi
menghadap Tuhan. Ayah berkata bahwa Ibu juga akan pergi menemui Tuhan
segera, jadi saya pikir tentunya Ibu bisa membawakan boneka ini untuk
diberikan kepada adik saya.”
Jantungku hampir putus rasanya, mendengar penjelasan anak itu…
Betapa mata hati saya terbuka mendengar perkataan anak itu, bahwa masih
ada yang namanya cinta di dunia ini yang sangat mulia dari hati seorang
anak berusia 5 tahun. Karena selama ini saya merasa semua yang ada di
dunia ini adalah semu termasuk rasa cinta yang saya miliki.
Anak kecil itu memandang saya dan mengatakan: “Saya sudah pesankan ke
Ayah untuk mengatakan ke Ibu jangan pergi dulu. Saya bilang tolong
tunggu saya sampai saya pulang dari supermarket.”
Selanjutnya
anak itu memperlihat selembar foto dirinya yang lucu dimana dia sedang
tertawa. Dia kemudian berkata kepadaku: “Saya juga pengin Ibu membawa
serta foto ini bersamanya, supaya Ibu tidak lupa denganku.”
“Aku sangat mencintai Ibuku.. padahal saya berharap Ibu tidak seharusnya
meninggalkanku tapi.. Ayah berkata bahwa Ibu harus pergi untuk menemani
adik perempuan saya.”
Kemudian.. ia memandangi boneka itu lagi dengan sedih dan mengusap rambutnya perlahan.
Aku cepat mengambil dompetku dan mengeluarkan beberapa lembar uang dan
berkata kepada anak itu: “Bolehkah aku hitung uangmu, mungkin kamu punya
cukup uang?”
“Baik…” katanya lirih. “Saya berharap ada cukup uangnya.”
Aku sisipkan uangku kedalam uangnya tanpa sepengetahuannya dan kami
mulai menghitungnya. Ternyata uangnya cukup untuk boneka itu bahkan
lebih.
Anak laki itu berkata: “Terima kasih Tuhan atas pemberian uang ini.”
Kemudian dia memandangku dan menambahkan: “Kemarin, sebelum tidur saya
memohon kepada Tuhan agar saya memiliki cukup uang untuk membelikan
boneka ini, agar supaya Ibu dapat membawakannya untuk adikku. Ternyata
Tuhan mendengarkanku.”
“Saya juga berharap memiliki cukup uang
agar dapat membeli sekuntum mawar putih untuk Ibuku, tapi saya nggak
berani meminta terlalu banyak kepada Tuhan. Tapi ternyata Tuhan
memberiku uang cukup untuk membeli boneka ini dan juga mawar putih.”
Aku selesaikan belanjaan saya dengan sebuah perasaan yang amat sangat
berbeda dengan ketika saya memulainya. Beberapa menit kemudian, wanita
tua itu telah kembali dan aku pergi dengan trolley-ku.
Aku nggak bisa menghilangkan bayangan anak laki-laki itu dari ingatanku.
Kemudian, aku ingat kepada sebuah artikel dari sebuah koran lokal 2
hari yang lalu, yang mengatakan bahwa seorang mabuk yang mengemudikan
sebuah truk menabrak sebuah mobil yang sedang dikendari oleh seorang
wanita muda dengan anak perempuannya yang masih kecil.
Si anak
perempuan meninggal seketika, dan ibunya masih hidup tetapi dalam
keadaan kritis. Keluarganya harus mengambil keputusan apakah harus
mencabut kabel dari mesin yang membantunya bertahan hidup, sebab wanita
muda itu sudah tidak mungkin lagi lepas dari keadaan koma.
Apakah mereka keluarga dari anak laki-laki kecil itu?
Dua hari setelah pertemuanku dengan dengan anak laki-laki itu, aku baca
disurat kabar bahwa wanita muda itu telah meninggal dunia.
Aku
segera bergegas dan pergi membeli seikat mawar putih dan pergi kesebuah
pemakaman dimana jenazah di perlihatkan kepada para pelayat dan
didoakan sebelum pemakaman.
Ternyata wanita muda itu ada
disana, terbaring didalam petinya, memegang setangkai mawar putih yang
indah dengan selembar foto anak lelaki itu dan boneka diletakkan diatas
dadanya.
Saya meninggalkan tempat itu.. sambil menangis, dan merasakan hidup saya telah berubah untuk selama-lamanya.
Cinta.. yang dimiliki oleh bocah lelaki itu kepada Ibu dan adiknya
tercinta, tetap melekat hingga hari itu, sungguh tidak terbayangkan.
Hanya dalam bilangan detik, seorang yang sedang mabuk telah mengambil semuanya itu darinya.
Moral dari cerita ini adalah:
Sediakan waktu untuk menghargai apa yang kamu miliki saat ini.
Cinta yang kita miliki dari dasar hati yang paling dalam adalah sesuatu
yang sangat mahal harganya, tidak dapat dinilai dengan materi
sekalipun.
Janganlah kita menyia-nyiakan waktu kita di dunia ini
untuk selalu mencintai dan mengasihi orang-orang yang kita cintai agar
kita dapat menikmati dan merasakan betapa sangat indah dan berarti hidup
kita ini apabila kita hidup selalu dalam kasih sayang dan cinta, karena
tanpa itu semua apalah arti hidup kita ini…??? ( Materi bukanlah tolak
ukur kebahagiaan seseorang dalam menjalani kehidupan).
Rabu, 07 Agustus 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar