Sekelompok katak berjalan melewati hutan, dan
dua di antaranya terperosok ke dalam sebuah sumur yang dalam. Katak yang
lain berkumpul di sekitar sumur itu. Ketika mereka melihat betapa
dalamnya sumur itu, mereka berkata pada kedua katak itu sebaiknya mereka mati saja.
Kedua katak itu tidak menghiraukan komentar kawan-kawannya itu dan
berusaha melompat keluar dari sumur dengan segenap kekuatan mereka.
Katak-katak yang lain berteriak agar mereka menyerah, sebaiknya mereka
mati saja. Akhirnya salah satu katak mengikuti yang diteriakkan
teman-temannya dan menyerah. Ia jatuh dan mati.
Katak yang lain
terus meloncat sekuat ia bisa. Sekali lagi, kawan-kawannya berteriak
agar katak itu menghentikan usahanya yang sia-sia dan mati saja. Tetapi
katak itu berusaha makin kuat dan akhirnya berhasil keluar. Setelah
berada di luar, katak-katak yang lain bertanya, “Kau dengarkah teriakan
kami?” Katak itu menjelaskan pada kawan-kawannya bahwa ia tuli. Ia
mengira bahwa kawan-kawannya itu menyemangati dia terus menerus.
Cerita ini mengajarkan kita dua hal:
Lidah kita memiliki kekuatan mati dan hidup. Kata-kata yang
membangkitkan semangat pada seseorang yang sedang dalam kesulitan dapat
mengangkat dia dan menolong dia melewati hari-harinya.
Kata-kata yang meruntuhkan semangat dapat membunuh orang itu.
Hati-hatilah pada apa yang Anda ucapkan. Berbicaralah positif pada
orang-orang yang Anda jumpai
Dengan lidah kita memuji
Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan
menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal
ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.
(Yakobus 3:9-10)
Rabu, 06 November 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar